Skip to main content

    Kumpulan Puisi Tentang Lingkungan Hidup yang Rusak

    Kumpulan puisi tentang lingkungan hidup yang rusak. Bagaimana cerita puisi lingkungan dalam bait puisi alam yang diterbitkan blog berkas puisi. diantaranya:

    1. Puisi jasad rimba
    2. Puisi pada yang raib
    3. Puisi hutanku dahulu

    Apakah berkisah seperti puisi rusaknya lingkungan atau puisi lingkunganku ataukah puisi tentang lingkungan yang hijau dan sejuk.

    Kntuk lebih jelasnya puisi tentang lingkungan hidup disimak saja puisi bertema lingkungan dibawah ini dalam deretan bait kumpulan puisi  tentang lingkungan hidup yang rusak

    PUISI JASAD RIMBAKarya: Nadya

    Ibu yang bumi meratap pasrah
    Luka sekujur tubuh memerah tanah
    Tatap ayah menghimpun tetes lara
    Menghiba, menatap rumah rimba

    Jasad rimba tertidur di ranjang bara
    Tubuhnya tinggal belulang arang jelaga
    Asap menari iring kemana lidah paling api
    Mencabik batang-batang semi

    Angin yang gemuruh membawa sesak
    Bocah riang tersendak
    Bayi-bayi membiru ditetek jarum-jarum suntik
    Napas hanya menunggu keajaiban vulkanik

    Mereka dalam sakit pecahnya tangan keserakahan
    Mendaur ulang menghalalkan kematian
    Terkulai nafsu ambisi
    Dari ulah diktator sebagaian kaum berdasi

    PADA YANG RAIBKarya: Anik Susanti

    Di pemujaan sepi, deru mengiang gemuruh
    Semakin sunyi pilar-pilar hijau runtuh
    Hanya suara angin bekas dirubuhnya pusaka
    Raib suara satwa-satwa

    Air tak punya hentiannya
    Riang euforia kicau hilang
    Menghantui alamku adalah bencana
    Debat kosong pusara para rindang

    Menjadi mendiang hutan
    Bumi sudah bergelar senja
    Titah Sang Kuasa merapikan ketentuan
    Pinta udara masih ingin bersua

    Meski sesak menyimpan harapan
    Menculik mimpi, tentang mangrove di tepi lautan
    Semoga di sini disentuh reboisasi pula
    Pada muda, lambai bermuara
    Hulu; paru-paru kota jangan sampai tiada

    HUTANKU DAHULUKarya : Lukman Sambongi

    Asri, sejuk dipandang mata
    Keelokannya sungguh luar biasa
    Membuat banyak orang jatuh cinta
    Mengguras hasil bumi di dalamnya

    Terpikat hati ingin mengjarah segala yang ada
    Tanpa peduli dampak, erosi melanda mengubah
    Maka malapetaka tiada bisa ditunda
    Karena segelintir ulah para perambah

    Dahulu, sangat indah, masih terbayang
    Di ujung kelopak mataku yang sayub ini
    Namun, kesedihanku pun memuncak kini
    Menyaksikan pohon pinus kesayangan

    Telah jadi abu dan bercampur lumpur
    Sekarang terus membabat hingga mengubur
    Tiada pengganti tunas-tunas yang subur
    Musnahlah hingga masapun akan terkubur.

    Rekomendasi Puisi Untuk Anda:

    Buka Komentar