Skip to main content

    Puisi [Ibu] Dialah Pemilik Surga Di Telapak Kaki

    Berikut ini adalah puisi untuk ibu dengan judul puisi dialah pemilik Surga di telapak kaki. Bagaimana kata kata ibu dalam bait puisi tentang ibu yang diterbitkan blog berkas puisi untuk kali ini.

    Untuk lebih jelasnya kata untuk ibu tercinta dalam bentuk bait bait puisi yang indah disimak saja dibawah ini puisi berjudul dialah pemilik surga di telapak kaki.

    DIALAH PEMILIK SURGA DI TELAPAK KAKIOleh: Titis Wigati

    Seribu benang warna pelangi ku rajut
    Beribu hamparan kain telah tercipta
    Berharap menjadi selimut dosa lampau
    Mengigil dingin merasuki jiwa hampa
    Bayangan wajah itu terus menggelayut
    Menikam jantung merajam sukma
    Membelenggu langkah kaki tertatih
    Seribu kain benang pelangi hanya terdiam
    Teronggok terberai di sudut sepi

    Lautan rindu senyap terdiam kembali
    Setenang ombak menghantam karang
    Tak bosan hadir menerjang tebing hati
    Sekelam malam tanpa sinar rembulan
    Selirih gemelegar petir saat badai hujan
    Sedingin air diatas tungku membara
    Sesejuk mentari siang di musim kemarau

    Kerinduan datang terhalang tabir pekat
    Meniti harap menjemput belaian
    Tangan lembut hangat mendekap
    Seperti dulu saat raga ini merah mungil
    Menangis menjerit mencari buah dada
    Lincah gemulai kau selipkan kepala ini

    Diantara belahan dada kering kerempeng
    Mengalir sejuk air kehidupan tak ternilai
    Mata air yang tak pernah surut
    Beribu ribu kasih pun menggenang
    Di hamparan telaga penopang nadi
    Terbalut senyum indah penuh harapan

    Rajutan waktu terpintal menjadi saksi
    Membisu setelah sekian lama pergi
    Impian manis membawa langkah ini
    Meninggalkan telaga penuh kasih
    Pemilik surga di telapak kaki
    Sendiri disana di punggung bukit
    Berteman ramai gemersik alam
    Berseloroh canda bersama serangga
    Menjalani sisa usia berteman sepi
    Kerinduan tenggelam ambisi sang anak
    Mengadu nasib menerjang keras dunia
    Membawa jiwa gundah berwindu lalu

    Disini buah hati meratap mengerang
    Sayatan dan tikaman rindu tiada di rasa
    Setiap untaian doa adalah kesakitan
    Tetesan keringat sedikit persembahan
    Bagi pemilik surga itu kelak
    Saat ku berlari menghamburkan raga
    Di pangkuan penuh kasih seluas samudera
    Tangan lembut membelai seakan sutra
    Terbuai lelap enggan ku beranjak
    Bersujud sampai mata terpejam
    Menikmati kenangan indah kecil dulu

    Rekomendasi Puisi Untuk Anda:

    Buka Komentar