Skip to main content

    Puisi Sejarah - Mhetallo Adonara

    Berikut ini adalah puisi sejarah yang diterbitkan blog berkas puisi, bagaimana cerita puisi dan kata kata sejarah dalam bait puisi berjudul sejarah tersebut.

    Untuk lebih jelasnya cerita puisi bertema sejarah, disimak saja dibawah ini puisi tentang sejarah atau puisi yang berkisah tentang sejarah.

    SEJARAHOleh: Mhetallo Adonara

    Bergugus mentari ufuk timur
    Terangkai gagah jajaran cenderawasih memeluk Telaga Love
    Menuaikan sagu berbulir koteka
    Perihal panah melesat tajam sudut Abepura

    Memori memutar cerita lalu sejarah pengelana
    Bercurah tinta pekat nan berulat
    Mengombang-ambing mengikuti aliran musim
    Terkait pribadi mulai lupa tuannya

    Terurai ornamen mencabik serabut benang
    Candu terlampias wiski menggumpal kepeningan
    Membentuk kriteria kumparan pemadat tembakau
    Hingga kendali bercerai dengan kalbu
    Titik-titik birahi hadir ala kadar kadarnya
    Meliuk-liuk bergabung kebinalan maksiat
    Berseru kenikmatan hina
    Saat liur-liur keji berserakan tanpa arah

    Semesta kian membenamkan Bukit Jayapura
    Pribadi rapuh kelilungan ingin berhenti tapi tak kuasa
    Bersembunyi pada suatu fakta pembunuh kelam
    Yang selalu menghantui paragraf ketenangan

    Kini memori mulai menginstal kembali setiap paradigma
    Memperbaharui kepenatan yang melanda
    Saat jemari sobat menompang patahan asa
    Mengirimkan Ilham dalam embun penyengaran

    Sobat itu mengetahui sebuah keretakan parah nan membelit pribadi
    Menceritakan petuah nabi dan siksa neraka
    Hingga mengalungkan manik-manik kenangan
    Akan jayanya pribadi itu dahulu

    Ya
    Pribadi itu memang pernah berseri
    Lantaran Juwita penyemangat dalam setiap waktu
    Namun akhirnya terbelenggu dalam masanya kini
    Perihal buntingnya Juwita ulah sahabat sendiri

    Sadar demi sadar bernaungan rembulan Kotaraja
    Pribadi sontak berdiri
    Mendengar kekuatan yang tak pernah hilang
    Yaitu pembacaan syair oleh sobatnya

    Ya
    Syair yang lahir dari jemari pribadi dulu
    Penuh ingusan melekat kegelian
    Namun merupakan pusaka abadi pribadi

    Sekarang pribadi terbangun dari mimpinya
    Meninggalkan butiran dosa kemaksiatan
    Dan mulai menggoreskan syair demi syait
    Hingga jejak lalu terhapus perlahan

    Memang benar hidup itu kejam sobat
    Janganlah pernah terpaku pada satu problema
    Karena masih ada jaring-jaring misteri yang belum terlewati
    Lantaran tinta ini tidak habis pada suatu titik

    Terimalah ucapan kasih dariku sobat
    Dikaulah yang memberikan oase
    Pada kehausan pilu yang merajalela
    Sehingga ia bermekaran ceria

    Inilah akhir cerita
    Akan kupastikan momen ini tetap utuh
    Dimana cerita pujangga lemah yang mulai mematahkan pena
    Kemudian ditompang kembali oleh sobatnya
    Untuk menciptakan kata demi kata

    JAYAPURA, 21-12-19

    Rekomendasi Puisi Untuk Anda:

    Buka Komentar