Skip to main content

    Puisi sedih untuk ibu yang jauh di kampung

    Puisi sedih untuk ibu yang jauh di kampung adalah rangkaian kata kata untuk ibu tersayang dan cerita puisi untuk ibu yang jauh di kampung, menjelaskan kerinduan seorang anak kepada ibu dikampung halaman.

    Bagaimana cerita puisi rindu untuk ibu dalam untuk ibu yang jauh di kampung yang dipublikasikan berkas puisi, apakah puisi sedih untuk ibu yang jauh dari anaknya bercerita seperti puisi untuk ibu sedih menyentuh hati atau puisi sedih untuk ibu yang sudah meninggal.

    Untuk lebih jelasnya puisi sedih menyayat hati untuk ibu, disimak saja puisi ibu berikut ini berjudul emak dalam bentuk puisi prosa ibu.

    Emak Oleh: Titis Arkadewi Panuluh

    Semilir angin menyapa senja temaram, terbayang seraut wajah tua merenung gelisah,rinai air mata teteskan rindu, mengalir deras di antara balutan kulit keriputmu

    Lamunan goreskan khayalan pilu menyayat, perih luka tiada berdarah, sendiri menelusuri lorong panjang berujung kehampaan, bilakah bahagia kudapat

    Emak maafkan, dua dasawarsa kutinggalkan huma tua di atas bukit kapur, kubawa mimpi setinggi langit tanpa restumu, bertahun wujudkan impian belum juga berkenyataan

    Merenda waktu di negeri seberang, memintal hari-hari berpayung terik mentari, mengejar sejumput impian bahagia persembahanku nanti, tatkala bersimpuh dalam dekap hangatmu

    Ketika dulu angkuhku berontak, menepis lembut nasehat menahan, di balik kesedihan tersungging senyuman meneduhkan jiwa, bagai mata air di mana mengalir ribuan kebajikan menghias bibir bijakmu

    Kaulah pemilik surga di telapak kaki, yang setia menjejak langkah di waktu pagi dingin, pun siang bermandi peluh membanjiri raga, hingga malam menjaga buah hati, kasih sayangmu mengucur ribuan berkah illahi

    Letih lunglai kakiku menapaki asa di tengah gelombang kejam kehidupan, impian indah luluh lantak, bilah pendayung terlepas dan layar tak terkembang, takdir mengapung tanpa arah tujuan

    Serupa berenang di lautan luas haus tetap kurasa, dahaga dekap belaian juga tiupan doa menghembus ubun-ubun dua dasawarsa silam

    Menatap jingga merajut senja sunyi, terucap sebait doa mohon ampunan Tuhan, ingin kututup lembaran kelam
    Emak, esok aku pulang

    Rekomendasi Puisi Untuk Anda:

    Buka Komentar